Ketika menonton film zombie apa yang sebenarnya ingin kita harapkan dari film tersebut. Apakah sebuah serbuan maut menegangkan nan mengancam? Atau sebuah gambaran para zombie gila yang asik mencabik cabik tubuh para manusia? Itu adalah kombinasi yang biasa kita dapatkan dalam film-film zombie kebanyakan. Tapi bagaimana jika film zombie dibuat oleh negara yang notabene-nya bergerak dan cerdas dalam film drama?.
Kamis, 27 Januari 2022
I am a Hero (2016)
Jumat, 01 Januari 2021
Ratu Ilmu Hitam (2019)
Kali ini film klasik yang dipilih adalah Ratu Ilmu Hitam (1981). Bukan tanpa alasan, selain karna memang film garapan sutradara Lilik Sudjio tersebut sanggup membawa kengerian epik lewat berbagai adegan santet nyelenehnya, film ini sanggup membawa Suzana naik panggung bersaing di nominasi aktris terpilih di ajang FFI.
Hal itulah yang membuat Kimo Istamboel yang terkenal dengan Rumah Dara (2019)-nya, terobsesi untuk membuat versi baru Ratu Ilmu Hitam yang lebih garang dan sadis yang sudah menjadi keahlian Kimo dalam menggarap film gore semenjak menukangi Rumah Dara.
Mencoba peruntungan, Kimo menggandeng Joko Anwar sebagai penulis naskah, tentu dengan harapan kesuksesan Ratu Ilmu Hitam versi baru ini tidak akan kalah sukses dan menyeramkannya dengan garapan Joko Anwar, Pengabdi Setan yang saat penayangannya saja sanggup mencapai kesuksesan 7 juta penonton.
Rabu, 30 Desember 2020
Sonic The Hedgehog (2020)
Dalam cerita, Sonic dikisahkan sebagai landak biru yang terpaksa harus berpindah ke bumi untuk menyelamatkan diri setelah kekuatan alaminya diburu oleh suku echidnas. Berharap hidup lebih nyaman di planet baru, dia malah membuat kesalahan tak sengaja yang membuat kekuatan supersoniknya sanggup memadamkan listrik secara massif hingga dia harus berhadapan dengan Dr. Robotnic, ilmuan gila ber IQ 300 yang dikirimkan pemerintah untuk mencari tahu dan menangkap Sonic yang sempat bikin geger seantero Pasific Nortwest ini.
Beruntungnya, dia mengetahui orang paling baik dan paling nyaman di kota Green Hills kota yang selama ini menjadi persembunyiannya, yaitu Tom Wachoski seorang polisi yang boring karena kurangnya aksi criminal yang dia hadapi di Green Hills. Pengenalan canggung keduanya menimbulkan persahabatan yang unik, yang membuat keduanya terpaksa bermain kucing-kucingan dengan Dr. Robotnic.
Sebagai film hiburan anak-anak,
Sonic cukup berhasil dengan bentuk karakternya yang lucu dan menggemaskan. Syukurnya
itu setelah perombakan desain ulang Paramount Pictures yang bersedia
mendengarkan kritikan netizen akan desain karakter awal yang terlalu realistik,
nampak aneh dan tidak ramah dengan desain karakter dalam game aslinya. Dijamin
bentuknya yang mungil dan tingkahnya yang ga mau diem bakal bikin anak-anak sekarang
yang belum mengenal Sonic pun akan gemas dan terhibur melihatnya.
Bagi penggemar setia versi game nya? Yap, jelas film ini berhasil menjadi nostalgia yang cukup memuaskan. Kesetiannya terhadap elemen-elemen penting dalam gamenya contoh hal kecil saja seperti adanya cincin (emas) ajaib yang sering kita temui dalam versi game. Belum lagi kita akan dipertemukan karakter lain lagi dalam game yang kemungkinan besar akan muncul dalam film kelanjutannya setelah diperlihatkan sedikit di credit scene menjelang bubaran film.
Secara kualitas visual Sonic The Hedgehog tidak terkesan mewah untuk ukuran film Holywood zaman sekarang, cenderung masih kurang mulus. Tapi hal itu bukan berarti jelek untuk dilihat. Tidak ada tampilan scene action bermodalkan CGI yang mengganggu. Semuanya terkesan natural dan enak untuk diamati meski di layar bioskop yang besar sekalipun. Terutama karakter Sonic yang nampak smotch dan nyambung bergandengan dengan Tom maupun latar tempat dan warna yang realis dan nyata.
Ceritanya sendiri juga tidak terlalu berat sebagai tontonan anak-anak. Pengenalan karakter Tom Wachowski yang diperankan oleh James Marsden sebagai seorang polisi kota yang bersahabat dengan Sonic berandil besar dalam membawa warna film ke ranah drama keluarga dan pershabatan yang hangat dan ramah untuk ditonton kalangan semua umur. Meski sejujurnya, drama yang dibangun masih terkesan setengah-setengah dan cenderung kurang emosional nan membekas.
Jangan lupakan juga disini ada karakter Dr Robotnic sebagai karakter villain yang diperankan oleh Jim Carrey, yang ga kalah tampil menghibur. Gaya ekpresi wajahnya yang kocak mengingatkan kita akan film-film jim carrey yang iconic. Kemunculannya selalu tampil menghibur, gerakannya konyol meski menakukan bagi si Sonic sendiri. Selain ketiga karakter tersebut, ada karakter Maddie sebagai pasangan hidup Tom. Meski berusaha ditampilkan sebagai penunjang pembangunan karakter Tom dan jalannya penyelesaian konflik cerita, drama antara Tom dan Maddie tidak banyak terekspos tapi tetap tampil cukup sebagai pelengkap cerita.
Overall, Sonic The Hedgehog
berhasil memuaskan sebagai tontonan yang menghibur. Visual effectnya tidak
cannggung, drama ringannya sanggup berjalan solid yang membantu jalannya cerita
tidak berlebihan dan tidak nampak kacangan. Film ini bisa menjadi penanda bahwa
panggung untuk adaptasi live action masih bisa dijangkau oleh industry
Holiwood, dan akan senantiasa memiliki penggemarnya sendiri.
7.5/10
Minggu, 27 Desember 2020
Turah (2017)
Rabu, 16 Desember 2020
My Sassy Girl (2001)
Dari kesuksesan beberapa series dramanya, pada masanya masih sedikit dari kita yang menyadari bahwa sesungguhnya film drama layar lebar korea selatan juga tidak kalah sukses. Salah satunya yg paling terkenal adalah My Sassy Girl, yang banyak dibilang sebagai awal formula yang biasa dipakai dalam drama komedi romantis pada umumnya. Bahkan sampai sekarang apa yang menjad hal menarik dalam My Sassy Girl masih sering kita temui dalam film-film rom-kom era sekarang. Kocak, imaginatif, begitu menghibur, namun juga sanggup menyentuh, dan satu lagi permainan plot twist yang menjadi nilai plus dari My Sassy Girl membuat kita bertemu dengan scene-scene kejutan menarik yang pastinya akan sulit untuk diterka.
Bahkan saking suksesnya film ini, selama 6 minggu penayangan pada 2001 silam, My Sassy Girl sanggup betengger di puncak box office Korea Selatan dan masuk buku rekor sebagai film komedi romantis sepanjang masa. Di Hong Kong, tiket film ini laku 20 ribu lembar dalam sehari. Tak cukup sampai di situ, Hollywood kemudian membeli hak buat-ulang (remake) versi mereka. Selain itu dua aktor pemeran utamanya berhasil melesat tinggi karirnya setelah membintangi My Sassy Girl (2001).
Kisah cinta gila ini berawal dari
Gyun-Woo (Cha Tae-Hyun) yang bertemu seorang gadis yg tidak dikenal (Giana Jun)
yang hampir menjatuhkan dirinya sendiri ke rel kereta karena sedang dilanda mabuk
berat. Beruntung Gyun-Woo yang nampak
seperti mahasiswa bloon, memiliki hati yang baik hati untuk berusaha
menolong si gadis mabuk. Tapi naas kebaikan memang tidak selalu mendapatkan
balasan yang setimpal. Perkenalan dengan Gyun-Woo ini dimaanfaatkan dengan baik
kala si sassy girl memanggilnya
ucapan ‘sayang’ setelah mendapati dirinya hilang kontrol memuntahi bapak-bapak
penumpang kereta.gilaa!!
Tidak hanya kena omel, Gyun-Woo malah disuruh membersihkan muka bapaknya yang penuh air muntahan gadis tak dikenalnya itu. Menggendongnya keluar kereta, mengantarkannya ke hotel hingga tanpa dia inginkan kejadian konyol itu malah membawanya mengenal lebih jauh tentang gadis nakal ini yang semakin hari tingkahnya semakin aneh saja, banyak maunya, mengantarnya menjadi cowok yang semakin bloon dan nelangsa, namun hingga tanpa dia sadari kebiasaanya jadi budak perempuan nyeleneh membawanya ke dalam tingkat kehidupan yang beda, unik, dan begitu berwarna dari sebelumnya.
Bagi sebagian kaum hawa mungkin My Sassy Girl nampak bukan menjadi pilihan sebagai film romantis yang bikin klepek-klepek. Selain karena aktor cowoknya yang ga ada ganteng gantengnya, film ini sama sekali tidak tampil romantis bagai film macam Dilan yang suka tebar gombalan. Hubungan romantisme kedua karakter nampak abu-abu, tidak seperti pasangan, namun tidak pula seperti sebuah pertemanan. Benar-benar unik tapi cukup relate dengan kehidupan nyata. Segala yang ditawarkan My Sassy Girl sebagai hubungan romantisme yang unik, aneh, nan konyol, akan semakin menggiringmu mengikuti chemistry mereka yang akan semakin menarik untuk ditilik sampai akhir.
Story tellingnya yang rapih dari awal sampai akhir membangun dinamika ritme film yang utuh dan tidak terbata-bata meski cukup banyak memainkan adegan flash back. Ada sedikit pengadeganan yang nampak repetitive, tapi permainan adu lawan kedua karakter utama begtu berperan besar untuk membuat filmnya tidak membosankan. Unsur komedi yang dibuat juga tidak dipaksakan, selalu muncul di saat yang tepat dan seringnya terkesan murni terbentuk dari kekonyolan para karakter yang ada. Ada banyak adegan konyol yang bakal bikin perut keras saking ketawa dibuatnya. Adegan ditawan anggota tentara di kawasan taman hiburan salah satu yang tidak akan terlupakan bagi saya pribadi.
Untuk urusan sinematografi dan skoring My Sassy Girl tidak bisa berbuat banyak. Masa pembuatan film ini bisa menjadi kendalanya, mengingat ini dibuat di tahun 2001 yang masih minim teknologi, apalagi ini dibuat dan diproduksi oleh sinies korea (asia) yang pada masanya belum mencapai standart tinggi perfilman seperti sekarang. Skoringnya yang tampak monoton dalam pengambilan nada atau song familiar (bukan original) tidak terlalu mengganggu, meski jika itu di masa sekarang mungkin tampak malas (kecuali lagu tersebut dijadikan judul film). Namun meski begitu, kalian tetap akan mendapati satu original soundtrack di akhir fim yang pastinya berhasil membawa kenangan yang kuat setelah menontonnya.
Pada akhirnya My sassy girl (2001) menjadi film romance paling fenomenal menurut saya sampe sekarang. Naskah cerita yang dalam dan kuat. Plotnya mengalir dengan rapih, tidak mudah ditebak, penuh kejutan. Begitu emosional. Chemistry yg tercipta antara Giana Jun dan Cha Tae-hyun berhasil mengantarkan mereka menjadi aktor aktris yg paling diperhitungkan sampe sekarang.
My Sassy Girl memiliki semua unsur romance yg kmu harapkan dari sebuah hubungan percintaan. Maniiis, ngeseliin, kocaak, namun begitu romantiis nan memorable. Kredit besar buat sutradara sekaligus penulis naskahnya.
8.5/10
I am a Hero (2016)
Ketika menonton film zombie apa yang sebenarnya ingin kita harapkan dari film tersebut. Apakah sebuah serbuan maut menegangkan nan mengancam...